Eun Jae menunggu Gyo Bin di luar. Ia menelpon Gyo Bin tapi gak diangkat.
Ia menggigil kedinginan. Sementara itu Gyo Bin masih bersama Ae Ri. Ae Ri tidur di pelukan Gyo Bin. Gyo Bin tampak seperti memikirkan sesuatu.
“Apa yang kau pikirkan?” tanya Ae
Ri.
“Jadi kau mau menggunakanku untuk membalaskan dendammu? Kapan kau berhenti jadi pengecut? Kau harus membuat keputusan apakah mau bersamaku atau tidak.”
“Aku benar2 bingung. Aku punya wanita
yang berbeda setiap malam, tapi aku tidak pernah merasa seburuk ini.”
“Pergilah. Aku ada janji dengan seseorang.” Ucap Ae Ri bangkit dari tempat tidur dan mengenakan pakaiannya.
“Malam2 begini? Dengan siapa?”
“Pemilik Salon Bella ingin
menemuiku.”
“Apa dia seorang pria?”
“Apa kau cemburu? Gyo Bin,
belikan aku rumah.”
“Apa? Rumah?”
“Kau kan Direktur Perusahaan
Konstruksi. Masa’ kau tidak bisa membelikanku apartemen.”
“Aku tidak punya uang sebanyak
itu. Ayahku yang mengendalikan semuanya. Direktur hanya namaku saja.”
“Kalau kau membelikanku
apartemen, kita bisa bersama setiap hari. Itulah impianku.”
“Jadi impianmu merusak rumah
tangga orang? Bagaimana kalau Kang Jae sampai tahu?”
“Apa kau takut padanya?”
Kita ke rumah Gyo Bin. Mi In
tidur di kamar Soo Bin.
“Aku menang.” Ucap Mi In dalam
tidurnya. Ia bermimpi menang dalam permainan judi. Soo Bin yang sedang bekerja
beranjak ke tempat tidur, kemudian menyuruh sang ibu tidur di kamarnya. Mi In bangun dari tidurnya dan
berkata, “Aku tidak tidur.”
“Bu, minta maaflah pada ayah.
Oya, aku tidak melihat Eun Jae dari tadi? Kemana dia? Apa dia ke rumah orang
tuanya?”
“Mana aku tahu. Dia tidak pernah pamit padaku. Sudahlah, aku tidak ingin mendengar namanya. Dia sumber masalah di rumah ini.”
“Mana aku tahu. Dia tidak pernah pamit padaku. Sudahlah, aku tidak ingin mendengar namanya. Dia sumber masalah di rumah ini.”
“Ibu jangan begitu. Kalau aku
jadi dia, aku akan minta cerai dan harta gono gini, lalu aku akan cerita pada
media kalau keluarga ini adalah keluarga yang sangat aneh.”
“Kau keluargaku atau bukan sih?”
tanya Mi In geram.
“Cinderella adalah dongeng
favorit ibu kan? Sekarang ibu sudah seperti ibu tirinya Cinderella.”
“Berani sekali kau menjadikanku
sebagai lelucon. Baiklah. Aku pergi.”
Mi In mengendap2 masuk kamarnya
kemudian naik ke tempat tidur, tapi Ha Jo menendangnya hingga ia jatuh ke
lantai. Mi In berkata, “Apa dia mau membunuhku?”
Mi In lalu memeluk Ha Jo. Ha Jo
mendorong Mi In hingga ia jatuh ke lantai. Ha Jo meneruskan tidurnya. Dengan
kesal Mi In berkata, “Iya, baik! Aku akan tidur di lantai!”
Eun Jae masih menunggu Gyo Bin
diluar. Gyo Bin pulang. Ia heran melihat Eun Jae diluar.
“Apa yang kau lakukan di sini?”
“Kenapa kau tidak menjawab
teleponku?”
“Aku habis bertemu klien penting.
Apa yang kau lakukan di sini? Kau bertengkar dengan ibuku?”
Eun Jae diam saja, ia lalu kaget
melihat wajah Gyo Bin terluka. “Ini kenapa?”
“Ini ulah kakakmu! Dia datang ke
kantor dan memukuliku.”
Gyo Bin lalu melirik kaki Eun Jae. Ia kaget Eun Jae keluar memakai sandal rumah.
“Kau diusir ibuku? Pertama kau
ditampar ibuku, sekarang kau diusir. Apa kau tidak bisa akur dengan ibuku?”
“Aku sudah mencoba tapi tidak
bisa.”
“Ya sudah, lupakan.” Ucap Gyo Bin
lalu melepas jasnya dan memakaikan jas itu ke tubuh Eun Jae agar Eun Jae tidak
kedinginan. Eun Jae tersenyum dan langsung merangkul Gyo Bin.
Di kamar Eun Jae mengobati luka
di wajah Gyo Bin.
Kang Jae dan ortunya sedang merenovasi kamar Ae Ri. Mereka memasang kertas dinding, lalu menata tempat tidur, lemari dan meja rias. Kang Jae disuruh ayahnya segera menikah. Kang Jae bilang ia belum siap untuk menikah. Sang ibu datang membawakan jus beras.
“Ae Ri sudah sukses sekarang, apa
dia mau tinggal di sini dengan kita? Dia pasti sudah mendapatkan pekerjaan
sekarang.” Ucap ibu Kang Jae.
“Dia belajar make up di Paris,
pasti dia bekerja di salon kecantikan. Kenapa tidak terpikir olehku.” Jawab
Kang Jae lalu pergi mencari Ae Ri.
“Dia benar2 bodoh. Sudahlah,
jangan bicarakan ini lagi. Aku khawatir pada Eun Jae. Dia pasti dimarahi ibu
mertuanya karena Kang Jae memukuli Gyo Bin.” Ucap Ibu Kang Jae.
Gyo Bin sedang merapikan dasinya.
Ia teringat dengan ciuman Ae Ri semalam. Tiba2, ponselnya berbunyi. Ia
mengangkat ponselnya dan kaget mendengar suara Ae Ri. Ia celingak celinguk di
kamarnya, kemudian menjawab telepon Ae Ri.
“Apa kau sudah memikirkan
permintaanku semalam? Tentang apartemen untukku?”
“Heh, aku tidak punya uang untuk
membelikanmu apartemen.”
“Berarti aku tidak punya pilihan
lain. Pemilik Salon Bella menawariku apartemen.”
“Dasar brengsek. Kenapa dia
memberimu apartemen?”
“Mungkin ini bukan hanya sekedar
bisnis. Aku tidak percaya seorang pengusaha rela menghambur2kan uang dengan cuma2.”
“Baiklah. Aku akan membelikanmu
apartemen. Tapi tidak perlu yang besar kan?”
Ae Ri tersenyum puas. “Aku tidak
suka apartemen besar, aku hanya ingin apartemen yang kecil dimana aku bisa
melihatmu setiap hari.”
“Apa kau sibuk hari ini”
“Kau bisa datang ke kantorku. Apa
kau tidak penasaran dengan kantorku?”
“Jika aku punya waktu, aku akan
datang.”
“Bawakan aku bunga.”
Ha Jo sedang membaca koran. Eun Jae datang membawakan minuman untuknya. Mi In keluar dari kamarnya. Ia memberikan pandangan sinis pada Eun Jae saat Eun Jae mengucapkan selamat pagi padanya.
“Ibu,
apa mau kuambilkan obat?” tawar Eun Jae.
“Tentu
saja. Aku tidur di lantai yang dingin tanpa selimut semalam. Siapa yang tidak
akan sakit kalau tidur di lantai. Kepalaku pusing sekali.” Ucap Mi In pura2
sakit.
“Akan
kuambilkan ibu teh jahe.”
“Aku
tidak mau yang instan. Aku mau kau membuatnya sendiri dan jangan lupa tambahkan
madu.”
“Baik
ibu. Aku juga akan membawakan jus pir.” Jawab Eun Jae lalu beranjak ke dapur.
Soo Bin dan Ha Neul turun dari tangga dan menghampiri ortu mereka. Ha Jo terus
membaca koran dan berkata, “Menjengkelkan.”
“Apa
ibu sakit?” tanya Soo Bin, lalu duduk disamping ayahnya.
“Kudengar
sekarang sedang musim flu. Aku tidur di lantai yang dingin semalam.” Jawab Mi
In.
Ha
Neul duduk disamping Mi In dan memegang kening Mi In, lalu berkata, “Badanmu
tidak panas? Apa kau sengaja berpura2 terlihat menyedihkan?”
“Tega
sekali kau bicara seperti itu? Aku hampir kehilangan suaraku. Aku juga
menggigil kedinginan.” Jawab Mi In, lalu pura2 bersin. Ha Jo sama sekali tidak
peduli. Ia melipat koran dan meletakkannya di meja, lalu pergi ke kantor. Mi In
kesal dengan Ha Jo.
Eun
Jae masuk ke kamar dan kaget melihat Gyo Bin sudah selesai pakaian. Ia mau
merapikan dasi Gyo Bin, tapi tangannya ditepis Gyo Bin.
“Apa
sih yang kau sibukkan di pagi hari sampai kau tidak bisa mengurus suamimu. Kita
kan belum punya anak.”
“Aku
minta maaf. Ah, dasi itu terlihat cocok untukmu.” Jawab Eun Jae lalu merapikan
dasi Gyo Bin.
“Apa
kau punya uang? Aku memerlukan uang sekarang.” Ucap Gyo Bin.
“Tapi
aku tidak punya uang.”
“Aku
tahu ayah memberimu uang. Aku tahu kau masih punya sedikit tabungan.”
“Memangnya
uang itu untuk apa?”
“Ketika
ayah dan kakakmu membuat masalah, aku memakai uang perusahaan untuk
menyelamatkan mereka. Ayahku bisa marah
jika ia tahu aku memakai uang perusahaan.”
“Aku
memberikan uangku pada ibumu.”
“Apa?”
“Dia
bilang akan mengembalikannya nanti.”
“Apa
kau gila? Kau percaya padanya? Ah, sudahlah. Lupakan! Aku butuh uang sekarang.
Lakukan apapun yang kau bisa untuk mendapatkan uang itu.”
“Baiklah,
aku akan minta pada ibumu.”
“Bilang
saja kalau keluargamu butuh uang.”
Eun
Jae mengangguk. Dia lalu memberikan perfume hadiah Ae Ri pada Gyo Bin. Gyo Bin
kaget mendengar nama Ae Ri. Eun Jae memberitahu Gyo Bin kalau Ae Ri sudah
kembali dari Paris dan sudah menjadi penata rias professional. Ia yakin Kang
Jae pasti akan gembira setelah bertemu Ae Ri. Gyo Bin kaget dan tanya apa Ae Ri
sudah bertemu Kang Jae. Eun Jae bilang mereka belum bertemu tapi pasti akan
bertemu.
Gun
Woo sedang merapikan kerah bajunya di depan cermin. Soo Hee masuk ke kamar Gun
Woo dan ingin memilihkan dasi untuk Gun Woo. Gun Woo bilang dia sudah memilih
dasinya dan menunjukkan dasi yang akan dia pakai. Dasi yang akan dipakainya
adalah dasi hadiah dari Soo Hee sewaktu ia masih duduk di bangku kuliah. Soo
Hee gak menyangka Gun Woo masih menyimpan dasi itu. Gun Woo bilang ia akan
memakai dasi itu di hari pernikahannya dan bilang kalau istrinya pasti akan
cemburu pada Soo Hee. Soo Hee tanya apa Gun Woo punya rencana melakukan kencan
buta. Gun Woo bilang ia akan segera mencari pacar.
“Kau
punya waktu untuk kencan dengan wanita lain, tapi tidak punya waktu untuk
menonton film denganku! Aku kecewa padamu! Kau sama saja seperti laki2 lain!”
teriak Soo Hee lalu keluar dari kamar Gun Woo. Gun Woo bingung Soo Hee tiba2
marah padanya.
Soo
Hee mengantarkan ibu dan kakaknya ke depan. Gun Woo kaget ibunya membelikannya
sebuah mobil. Sang ibu menyerahkan kunci mobil baru Gun Woo pada Gun Woo. Gun
Woo berterima kasih pada ibunya dan berkata kalau mobil lamanya masih bagus.
Soo Hee mengajak Gun Woo jalan2. Sang ibu menyuruh Soo Hee konsentrasi pada
pameran lukisan yang akan ia ikuti. Soo Hee bilang ia lebih tertarik bermain
bersama Gun Woo daripada mengikuti pameran lukisan, lalu masuk ke dalam. Gun
Woo dan sang ibu tertawa mendengar jawaban Soo Hee.
Kang
Jae keluar masuk beberapa salon hanya untuk mencari Ae Ri. Ia menunjukkan foto
Ae Ri pada pegawai salon tapi tak satu pun yang mengenal Ae Ri. Mi Ja sedang
bekerja. Ia bekerja di salon Yeo Sa sebagai Cleaning Service. Ia sedang
mengepel lantai. Yeo Sa menghampirinya. Ia mengajak Mi Ja sarapan, tapi Mi Ja
menolaknya karena membawa bekal dari rumah. Mi Ja memuji kebaikan hati Yeo Sa.
Tiba2, Kang Jae menabrak mereka. Kang Jae kaget melihat ibunya bekerja di salon
itu begitu pula Mi Ja kaget melihat anaknya di salon itu. Mereka lalu bicara
diluar.
“Siapa
yang menyuruhmu bekerja? Apa ini pekerjaan yang kau ceritakan padaku?” tanya
Kang Jae.
“Memang
apa salahnya menjadi cleaning service? Aku kan tidak mencuri. Aku melakukan ini
untuk mendapatkan uang.”
“Biar
aku dan ayah yang mencari uang! Tinggalkan pekerjaan ini!”
“Aku
akan melakukan apapun untuk mendapatkan uang.”
Ae
Ri sedang memberikan pelatihan pada semua pekerjanya di salonnya. Gyo Bin
tersenyum melihat Ae Ri. Ae Ri melambaikan tangannya pada Gyo Bin begitu
melihat Gyo Bin. Ia mengajak Gyo Bin ke ruangannya. Gyo Bin memberinya bunga
dan mengucapkan selamat untuk pekerjaannya.
Ae Ri mencium Gyo Bin. Gyo Bin
memuji kehebatan Ae Ri. Ae Ri meminta Gyo Bin melupakan Ae Ri yang dulu tinggal
dengan Eun Jae, karena ia sekarang adalah Michelle Sin.
Gyo
Bin dan Ae Ri sedang melihat2 apartemen yang akan mereka beli.
Gyo
Bin kembali ke kantornya dan menelpon Eun Jae. Ia tanya apa yang sedang
dilakukan Eun Jae. Eun Jae bilang ia sedang membuat sabun dari teh hijau untuk
Gyo Bin, ibu Gyo Bin dan Ha Neul. Gyo Bin tanya apa Eun Jae tidak iri melihat
perempuan lain yang sukses dengan karirnya. Eun Jae tanya apa Gyo Bin menelpon
hanya untuk mengatakan hal itu. Gyo Bin lalu mendesak Eun Jae untuk meminta
uang itu dari ibunya. Eun Jae bilang ia gak bisa mengatakan hal itu karena ibu
Gyo Bin sedang sakit. Gyo Bin terus mendesaknya. Eun Jae janji akan segera
membicarakan hal itu dengan ibu Gyo Bin.
Mi
In lagi menyusun kartu2nya, tiba2 Eun Jae datang. Ia pun langsung pura2 tidur. Eun
Jae datang membawakan obat. Mengira Mi In sedang tidur, ia pun beranjak dari
kamar Mi In. Mi In bangun dari tidurnya begitu Eun Jae keluar. Ia heran kenapa
Eun Jae selalu baik pada semua orang.
“Apa
ini untukku?” tanya Ha Neul berlari2 menghampiri Eun Jae. Ia membawa sebuah
bedak.
“Iya,
Bibi. Ini bedak yang terbuat dari teh hijau, sangat bagus untuk kulitmu.”
“Aku
akan terlihat cantik setelah memakai ini. Lalu aku akan menikah dengan Tuan
Kim. Kupikir dia menyukaiku.” Ucap Ha Neul sambil memakaikan bedak itu pada
pipinya.
Bibi
menghampiri mereka. “Kenapa kau bisa punya pikiran dia menyukaimu? Jangan
membohongi dirimu sendiri.”
Ha
Neul menarik napas kesal dan menatap bibi dengan tatapan tajam lalu berkata, “Tuan
Kim menyukaiku. Dia selalu tersenyum padaku dan membantuku membawakan
barang2ku.”
“Dia
menertawakanmu karena kau bodoh dan dia membantumu karena dia dibayar untuk
bekerja.” Jawab Bibi. Eun Jae pergi meninggalkan mereka karena mendengar suara
telepon. Ha Neul mengepalkan tangannya dan siap memberikan tinjunya pada Bibi.
Bibi memegang kepalan tangan Ha Neul. Ha Jo yang menelpon.
“Hallo
ayah, ibu masih tidur. Dia belum makan dan minum obat.”
“Pastikan
dia makan sesuatu. Jangan katakan aku yang
menyuruhmu. Jaga dia.” Ucap Ha Jo, kemudian menutup teleponnya. Ia
menghela napas. Gun Woo masuk ke ruangannya dan bertanya apakah Ha Jo
mencarinya. Ha Jo bertanya soal pekerjaan Gun Woo. Gun Woo bilang perlu
dilakukan perbaikan secara besar2an pada proyek yg dikerjakan Gyo Bin. Ha Jo
lalu bilang percaya pada kemampuan Gyo Bin. Soo Hee menelponnya. Ha Jo menyuruh
Gun Woo menjawab ponselnya tapi Gun Woo tidak menjawab ponselnya.
Di
kolam renang, Soo Hee kesal Gun Woo tidak menjawab ponselnya. Dia bangkit dari
duduknya, kemudian mengenakan kacamata renangnya dan mulai berenang. Sampai di
pinggir kolam, ia melepas kacamata hitamnya dan sedih karena Gun Woo tidak
menjawab ponselnya. Ia memakai kacamata renangnya lagi dan kembali berenang.
Kang
Jae sedang di bus. Ia langsung turun dari bus begitu melihat spanduk Ae Ri
terpampang di Salon Bella.
Tidak ada yang bernama Shin Ae Ri di salon itu. Kang
Jae kaget dan bertengkar dengan pegawai salon. Ia lalu tanya spanduk Ae Ri yang
terpampang di depan Salon. Pegawai bilang itu Michelle Sin. Kang Jae berkeras
kalau namanya adalah Shin Ae Ri.
“Dia
tamuku.” Ucap Ae Ri.
“Ae
Ri.” Jawab Kang Jae. Ae Ri kesal menatap Kang Jae.
Ae
Ri menuangkan teh untuk Kang Jae di ruangannya. Ia menyuruh Kang Jae duduk.
“Ae
Ri, aku sangat merindukanmu. Kau cantik sekali. Selamat datang kembali Ae Ri.” Ucap
Kang Jae.
“Terima
kasih. Bagaimana kabarmu? Kau masih terlihat sama seperti yang dulu?”
“Kau
kan tahu bagaimana aku.”
“Kau
masih bekerja sebagai manajer di klub itu?”
“Gapsu
sangat baik padaku. Dia membayarku tepat waktu.”
“Maafkan
aku tapi aku harus kembali bekerja. Aku ada tamu VIP, setelah itu aku akan
diwawancarai oleh sebuah majalah. Kita tidak bisa sering2 bertemu.”
“Sepertinya
aku harus membuat janji dulu untuk bertemu denganmu. Oya, dimana kau tinggal
sekarang. Aku sudah menyiapkan kamar untukmu di rumahku. Kau bisa pindah
sekarang.”
“Bagaimana
mungkin aku bisa datang dari Jungreung ke Cheongdamdong setiap hari? Aku bisa
terlambat bekerja. Aku sudah nyaman di tempatku sekarang. Aku harus mandiri
sekarang. Aku tidak mau membebani keluargamu lagi. Aku pastikan aku akan
mengembalikan uang kalian yang kalian pakai untuk merawatku selama 20 tahun.” Ucap
Ae Ri lalu bangkit dari duduknya. Kang Jae bangkit dari duduknya dan menarik
tangan Ae Ri.
“Apa
maksudmu? Kenapa kau bicara soal uang?”
“Aku
bukan keluargamu! Aku tidak ingin berhutang dengan siapa pun!”
Kang
Jae memeluk Ae Rid an bilang kalau ia sangat merindukan Ae Ri. Ae Ri mendorong
Kang Jae. Ia khawatir ada yang melihat mereka dan rumor tentang mereka
berkembang di kantornya. Kang Jae bilang kalau mereka akan segera menikah. Ae
Ri mengusir Kang Jae.
Kang
Jae meminta uang pada ayahnya. Ia bilang mau membelikan apartemen untuk Ae Ri.
Eun
Jae melihat Mi In yang sedang makan. Mi In curiga Eun Jae memasukkan racun ke
dalam makanannya karena Eun Jae melihatnya makan. Eun Jae duduk disamping
ibunya dan meminta sang ibu mengembalikan uangnya. Ha Jo pulang bawa daging
panggang buat Mi In. Ha Neul menghampiri Ha Jo dan bilang kalau Mi In lagi
makan sup yang dibuatkan Eun Jae. Ha Jo memberikan daging itu pada Ha Neul.
Mi
In marah karena Eun Jae meminta uang itu dikembalikan. Ia menolak mengembalikan
uang itu. Ha Jo mendengar itu marah. Ia mau memukul Mi In dengan stik golf. Eun
Jae melindungi Mi In.
BERSAMBUNG…..
Semangat !Buat sinopsis nya yaa..
BalasHapusHingga eps terakhir.
Terima kasih.